Kamis, 12 April 2012

Surat Balasan Untuk 'Alli'


Wa'alaikummussalam Warrahmatullah, Alli.
Kuterima suratmu, tlah kubaca dan aku mengerti. Hehe.
Yah, jujur saja, begitu membaca paragraf awal suratmu, satu nama lantas melintas dibenakku. Begitu juga sekian detik setelah aku selesai membacanya, yang ada dipikiran dan hatiku adalah: 'Sekarang aku tahu rasanya jadi dia yang (pantas saja) selalu menunggu surat-suratmu.' Sebab ternyata menerima surat seperti itu rasanya enak sekali. Mungkin kalau bagimu ya hampir sama seperti makan kue lapis itu. Ingin lagi, lagi dan lagi. Nyaris saja terlena dan jadi lupa pasang kuda-kuda untuk bersiaga atas segala 'coba'.
Masalahnya, apakah kiranya kau juga mengatakan hal-hal seperti yang kau katakan padaku itu kepadanya? Ah, bukan. Itu bukan masalah. Hehe.
Aku tidak ingin ada lagi hal-hal yang membuatku menangis seperti kemarin. Itu sangat tidak baik untuk jiwa, raga dan batinku. Halah. Hahaha. Aku ingin mencoba lebih gila, membiarkanmu menjadi kamu dengan type 'penyayang dan pemberdaya'-mu itu. Selama mungkin. Semampuku. Tetaplah menjadi kamu, selayaknya aku juga akan selalu menjadi aku.
Kalau soal ketemu, Alli, aku bingung. Aku ingin selekasnya, tapi juga pengen nunggu sampai beratku turun 20 kilo dulu. Aku nggak kepengen jalan sama kamu dan kelihatan kayak bodyguard-mu. Juga nggak kepengen kau tertawai gendutku ini sepuasmu sebelum kau suruh aku menurunkan berat badan. Hahaha..
Kau salah laa, Alli. Tentang pikiranku mana yang akan kau pilih antara aku dan kue lapis. Aku sudah pasti akan menjawab kue lapis, sebab dari dulu kau sudah berkali-kali bilang, bahwa kalau disuruh memilih antara cewek dan kue lapis, kau pasti memilih kue lapis. Jadi, meski benar sambil senyum, tapi jawabanku KUE LAPIS.
Kalau begitu Alli, aku mau jadi pembuat kue lapis paling enak sejagad. Yang mana, kalau kau mau kue lapisnya, kau juga harus mau sama orangnya. Hahahahaha..
Nah, Alli, sejak awal kuketik tulisan ini, belum sekalipun ku bilang Love U (yang ini tidak dihitung). Meskipun aku tidak bilang, kamu sudah tahu kan kalau aku Love U? Tapi yah, biar jelas saja.. LOVE U, Alli. Hehe. Selamat pagi dan selamat menjalani hari. Sehat-sehatlah selalu dan bahagia.


Cilacap, 13 April 2012 [06:52 WIB]

Sabtu, 07 April 2012

Bebek Atau Ayam?

Berantem lagi. Sebenarnya kami tidak sering bertengkar. Tapi kenapa rasanya capek ya? Hem..
Apalagi, ini masalah sepele. Oops, sepele bagiku. Mungkin nggak sepele buat dia. Siang tadi kita ngobrol ditelepon. Kebetulan disana dia sambil mendengarkan musik dan sesekali ikut bernyanyi. Lalu aku bilang padanya, 'Aku pengen lihat kamu nyanyi'.
Nggak nyangka kalau tanggapan dia malah serius banget. Dia langsung kesal dan kembali mengingatkan bahwa dia enggak suka BANGET dihubung-hubungkan sama menyanyi. Aku bilang, aku kan cuma bercanda. Kenapa mesti langsung marah. Apa bedanya dengan dia yang seringkali memanggil aku dengan panggilan 'Bosku', meskipun aku sudah berkali-kali bilang aku nggak suka. Toh pada akhirnya aku mengalah dengan mencoba menganggap biasa. Kenapa dia nggak bisa?
Pada titik ini, aku merasa dia egois. Egois banget. Dan andai dia baca tulisan ini, mungkin dia bakal murka karena enggak terima. Hh.. nggak tahu deh. Hanya kadang aku merasa, kenapa aku tidak boleh melakukan hal yang kamu enggak suka, dan kamu boleh melakukan hal yang aku nggak suka. Kenapa?
Jadi ingat cerita yang kemarin ku baca di salah satu halaman di pesbuk. Begini ceritanya,

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara di kejauhan: “Kuek! Kuek!”
“Dengar,” kata si istri, “Itu pasti suara ayam.”
“Bukan, bukan. Itu suara bebek,” kata si suami.
“Nggak, aku yakin itu ayam,” si istri bersikeras.
“Mustahil.Suara ayam itu ‘kukuruyuuuk!’, bebek itu ‘kuek! kuek!’ Itu bebek, Sayang,” kata si suami dgn disertai gejala-gejala awal kejengkelan.
“Kuek! Kuek!” terdengar lagi.
“Nah, tuh! Itu suara bebek,” kata si suami.
“Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul,” tandas si istri, sembari menghentakkan kaki.
“Dengar ya! Itu a? da? lah? be? bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?” si suami berkata dengan gusar.
“Tapi itu ayam,” masih saja si istri bersikeras.
“Itu jelas-jelas bue? bek, kamu? kamu?.”
Terdengar lagi suara, “Kuek! Kuek!”
sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.Si istri sudah hampir menangis, “Tapi itu ayam?.”
Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, ingat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra,
“Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok.”
“Terima kasih, Sayang,” kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.
“Kuek! Ku ek!” terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.
Moral cerita : Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu. Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal “ayam atau bebek”? Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. Banyak hal jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.
Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita salah? Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek !

Yah, ini memang masalah sepele. Aku sempat ingin bersikap seperti si suami. Tapi juga seperti yang dia bilang waktu menceramahiku semalam, meskipun bukannya tidak bisa dia hidup dengan orang yang cara pikirnya tidak dia suka, tapi kalau tetap dia lakukan, itu akan menghancurkan jiwanya. NAH! Aku rasa, kalau aku menganggap masalah 'sepele' ini tidak ada, membiarkan dia terus sewenang-wenang dengan hal-hal yang dia tidak suka, ini bukan hanya akan menghancurkan jiwaku, tapi juga jiwanya. Oh, Tuhaaaaan.. Dia ini benar-benar duplikat Ayahku. AAAAAAAAAAARRRRRGGGGGGHHHHH!
Meski begitu toh nyatanya aku tidak bisa tidak mengharapkan HPku berdering dan namanya muncul di layar. Seperti yang terjadi sebelum aku mengetikkan ini, aku berkali-kali merasa mendengar HPku berdering. Tapi ternyata.. cuma khayalanku saja.
Aku kesal, but still.. I love you. I miss you. And I DONT WANNA FIGHT NO MOOOOOOOOORRE!

Rabu, 04 April 2012

Tadi siang dia nelpon, cukup lama. Percakapan kami sih cuma sekali-kali. Lebih banyak aku mendengarkan dia berinteraksi dengan keluarganya. Bercerita dengan Ibunya, nyuruh-nyuruh adik laki-lakinya, mengganggu dua orang adik perempuannya. Dan saat itu.. aku diam-diam nangis. Hehe.
Aku iri. Dengar dia ganggu adiknya gitu, rasanya pengen punya kakak yang gangguin aku. Kakak yang perduli sama aku. Haaaaaaaah.. Langsung flashback. Aku teringat bagaimana aku merasa hidupku itu hampa kasih sayang pria. Ayah yang jarang ada, kalaupun ada, aku lebih memilih menghindarinya. Makanya, ketika punya pacar, aku kayak orang kemaruk. Nuruuuuut aja sama apa maunya pacar. Cemburuan minta ampun. Aku takut  kehilangan apa yang sudah aku dapatkan, kasih sayang laki-laki. Sampai lama-lama aku sadar, nggak bisa terus begini. Aku harus kembali perkasa lagi. Aku harus bisa menghadapi semua sendiri. Karena seperti kata mama waktu itu, kalau kedua orang tuaku sudah tidak ada, maka aku akan benar-benar sendiri. Sebab tidak ada orang yang akan perduli padaku seperti mereka...

Cemburu Lagi

Sampai hari ini masih aja suka berantem sama diri sendiri. Perkara cemburu, apalagi memangnya. Setiap kali mulai merasa cemburu, maka akan muncul dua kubu yang berbeda. Satu kubu kepala, satu kubu hati. Kubu kepala mencoba positif thinking, tapi kalah sama kubu hati yang perkasa dengan negative feeling. Muahahahhahahahaha..
As usuall, buka-buka pesbuknya. Dan seperti biasa juga, enggak bisa enggak nge-klik nama si cantik. Tiap kali nangkep namanya diberanda, atau di dinding si Bhoge dan RomPi, pasti ini tangan gerak cepat nge-klik dan masuklah saya ke dindingnya. Haduh! Cemburu lagiii.. cemburu lagi. Hahahaha.
Dan tadi pagi yang namanya mood itu bener-bener kacau beliau balau. Soalnya aku menemukan bahwa pesan dari si cantik dibalas sama si dodol. Padahal itu pesan udah lama banget. Pikirku, ngapain coba baru dibalas sekarang. Sengaja banget sih. Dan si cantikpun membalasnya dengan semangat '45. Huhuhuhuhu.. Padahal ya, tu pesan isinya biasa aja looooh. Iiiih, heran deh. Kayaknya benar kata dia, 'Apa sih yang nggak bikin kamu cemburu? Aku kentut aja mungkin kamu cemburu'. Wkwkwkwkwk.
Nah, pas aku mengadukan sedikit soal cemburuku ini, dia pun mulai ceramah. Tapi beda sama Ayah, kalau ceramahnya dia mah bener. Atau karena aku belum bosan kali ya? Hahahahaha. Salah satu pelajaran yang kudapat hari ini adalah ketika dia bilang: 'Daripada kamu menyibukkan diri dengan memikirkan cemburumu itu, lebih baik kamu menyibukkan diri dengan memikirkan bagaimana caranya supaya saya bahagia sama kamu'
Aku bengong sesaat. Iya juga ya. Hahahaha. Kenapa sih aku ini dikuasai hati melulu? DODOL.

Rabu, 28 Maret 2012

Emak


Ibu.. bunda.. Enyak.. Mami.. Mama.. Mimi.. si mbok.. biyunge.. Ummi.. atau apapun sebutannya, bukanlah sekedar wanita yang turut memprakarsai hadirnya kita di muka bumi. Bukan cuma manusia biasa yang kebetulan ketemu ayah atau bapak kita, lalu memutuskan untuk berkerja sama dan 'membuat' kita. Bukan! Beliau ini adalah orang yang bisa merasa bahagia diatas sejuta penderitaannya. Bayangin aja, 9 bulan (buat yang kurang atau lebih dilarang protes, sebab keputusan panitia tidak bisa diganggu gugat) kita utuk ubrung grusa grusu teot teblung di dalam perutnya. S-E-M-B-I-L-A-N bulan, coooy! Lammma itu. Begitupun masih to be continue ketika akhirnya kita mbrojol baik secara paksa ataupun sukarela dari rahimnya.
Tengah malam, lagi ngantuk-ngantuknya, eeeh.. beibehnya oe oe ngeberisikin tetangga. Apakah emak kita dulu langsung menyumpal kupingnya dan lanjut tidur? Enggak.. ya paling nggak emakku sih nggak gitu, entahlah dengan emakmu.. wkwkwkwk.
Beliau bangun dan cari tahu kenapa buah hatinya tiba-tiba konser tunggal begitu. Beliau berusaha membuat kita berhenti menangis. Bukan karena dia takut disambit tetangga kiri kanan depan belakang yang keberisikan. Tapi karena dia sayang. Karena dia takut anaknya kenapa-kenapa. Nggak tahunya, cuma iseng aja. Si anak caper. Halah! Ya mungkin ngompol, haus (bukannya ngambil minum sendiri) atau ada yang mengganggu. Sesuatu yang kasat mata (soalnya aku dulu gitu. Hihihi.. dicubitin ama something ampe biru-biru. Nggak sangka, ternyata aku cukup menggemaskan bagi kaum mereka. Ahahahahaha-http//:www.narsistidakpadatempatnya.com ).
Ada yang bilang, 'Nggak ada ibu yang nggak sayang sama anaknya'. Aku sih nggak begitu setuju. Soalnya, ngelihat begitu banyaknya kasus buang bayi, kalau bukan nggak sayang, itu apa donk namanya? Mungkin nggak semua Ibu benar-benar bisa jadi Ibu. Tapi yang jelas, lihat Ibu kita aja deh. Mama yang nggak suka kalau anaknya bergaul sama orang-orang yang menurut dia nggak bener. Marah-marah dan ngelarang kita temenan sama si A, B atau Z. Itu sebenarnya bukan karena dia nggak ngertiin kita. Dia cuma takut, anak yang udah dia lahirkan dengan bertaruh nyawa, ntar-ntarnya cuma bakal jadi pecandu narkoba, penggila minuman keras, atau tukang zina. Naudzubillah.. Kalau aja dia tahu anaknya bakal jadi begitu, mungkin dia ogah ngeluarin kita dari perutnya. Dia biarin aja beranak pinak dan gede didalem. Hahaha.. Andai mungkin.
Mami yang bawel urusan asmara kita. Bukannya dia mau sok ikut campur atau nggak paham sama perasaan kita. Dia cemas tho yo. Apalagi kalau anaknya perempuan. Pikirannya dah ngalor ngidul ngetan ngulon. Bayangkan hancurnya perasaan si emak kalau tahu anak gadisnya udah nggak gadis lagi. Dijaga susah-susah bertahun-tahun, giliran gede, eh ada cowok numpang lewat yang tanam saham seenak jidat. Mending kalau berlanjut, bertanggung jawab atas terjadinya 'hal-hal yang diinginkan tersebut'. Kalau enggak?! Hh..
Segalak-galaknya emak, secerewet-cerewetnya Ummi, atau senyebelin-nyebelinnya si mbok, dia itu pada dasarnya hanya menginginkan yang terbaik untuk kita. Cuma kadang caranya nggak sesuai sama versi 'benar'-nya kita.
Oh, emakku.. seringnya aku mengacuhkanmu. Pulang kerja langsung masuk kamar, tidur. Kalau lagi makan, sambil smsan. Kalau jauh, jarang ku tanyakan kabar. Giliran aku patah hati berulam jantung, dikau jua yang ku cari tuk berbagi.
Setelah semua yang kau beri, apa yang kulakukan padamu?
Hoooo.. anak duraleeeeeek. Ampun, Bundooooo...




Jadi pengen nyanyi..

"Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah

Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas.. Ibu.. Ibu.. "

P.S:Ayah, Ayahpun begitu berarti kok.. :)

Tentang Menjalani Hidup


Kadang jadi ngerasa kalau hidup itu seperti shalat Tarawih. Hehe.. Contoh yang tidak baik. Jangan dilakukan tanpa didampingi ahli ya. WKwkwk..
Maksudnya gini, ada kalanya Imam adalah sosok yang menyenangkan. Bagus bacaannya, dengan lafadz yang jelas, merdu, tidak terlalu lambat, tidak pula terlalu cepat. Rasanya betah deh walaupun harus lebih lama lagi jadi makmumnya. Berapa jam juga dijabanin. Tapi terkadang, ketemu Imam yang bikin shalat tarawih 11 rakaat seakan berlangsung seabad. Jiaaaah.. Lebay! Hahaha..
Habis kl nggak cepatnya bukan main sampe ngos2an dan g lagi khusyu', lambatnyaaaaa.. tulung-tulung. Kadang ada yang bacaannya nggak bisa dicerna sama sekali. Nggak tahu dah dia lagi baca surah apa. Kalau udah gitu, pengennya di fast forward biar cepet kelar. Hahaha.. Tapi enak nggak enak sang Imam memimpin shalat, pada akhirnya toh shalat itu akan berakhir juga. Gitu juga hidup. Mau itu pahit atau manis, tawa atau tangis, pada akhirnya semua akan berlalu. Berat memang awalnya, tp kalau kita sanggup bertahan untuk sekian waktuuuu aja, Insya Allah, lewatlah sudah semua derita. Dan kita jadi bisa ungkap hikmah dibalik kisah. Pun begitu kalau lagi bahagia, siap-siap aja untuk episode sedih yang menyusul dibelakangnya. Karena nggak ada ceritanya jalan hidup kok isinya melulu tawa atau melulu airmata duka. Pasti bergiliran bertamu. Meski kadang datangnya keroyokan. Hahaha.
Sekali lagi, ini contoh yang kurang tepat sebenarnya. Cuma memang itu yang terlintas dikepalaku. Hehe. Secara nggak langsung nunjukin betapa enggak dewasa dan rendahnya kualitas keimananku. Masih terpengaruh sama Imam. Kayak anak kecil aja. Kalau enggak cocok terus jadi males2an. Cekikikikikik.
Padahal, Imam yang menurutku enggak asyik itu juga kan cuma manusia biasa yang punya kekurangan dan kelebihan. Aku sok-sok nyela kekurangannya seolah aku ini lebih baik daripada dia. Lha padahal.. boro-boro lebih baik. Ilmu yang aku punya, sekutu-nya beliau aja nggak ada. Wkwkwkwk. Ya Allah, ampuni hamba-Mu yang dari tadi pake perumpaan seenak jidat.
Yah, intinya gitu deh. BUkan tentang Imam dan Shalat Tarawihnya y, hehe. Tp tentang menjalani hidup. Seberat apapun hari yang kita jalani, pasti akan berakhir juga. Esok pasti datang. You just have to hold on a little bit longer.
Jadi pengen singing-singing..
"Tomorrow.. tomorrow.. I love ya, tomorrow. U're only a day away"

Semakin rajin derita sambangi dirimu, berarti makin sayaaaaaaaaang Allah sama kamu. Jadi, bertahanlah!

Pengunjung Hari Ini


Pengunjung hari ini. Cowok bersepeda, dengan kupluk nongkrong di kepalanya, celana pendek tutupi anunya (pahanya maksudnya :-D), kaos putih, dan sandal jepit (mudah-mudahan bukan hasil ngutil di Masjid, wkwkwk). Apa yang istimewa dari dirinya? Nggak tahu juga. Gayanya biasa aja. Tinggi sedang, badan kurus, kulit lumayan putih. Jauh dari seleraku yang doyannya memangsa pria berbadan tingi besar dan berkulit nggak putih (wuidih). Tapi herannya, aku super duper tertarik sama dia. Ada rasa nyaman memandang sosoknya. Padahal, ni orang senyum aja nggak. Jadi kalau dibilang aku tertarik karena sikapnya, jelas enggak bener. Lha terus kenapa donk? Ya mbuh. Aku juga nggak tahu dan pengen tahu. Sudah kutanya pada rumput yang bergoyang, tapi nggak ada jawabnya. Sama rumput yang g goyang juga aku tanya, tapi sama saja. Semua membisu tak bicara. Akhirnya, aku goyang-goyang sendiri aja. Halah! Hahahaha..
Mungkin kesederhanaanya yang bikin aku terSEPOna. Wkwkwkwk. Sepanjang pengamatan, nggak banyak anak muda seperti dia belakangan ini. Kebanyakan balap-balapan buat dapet cap 'Anak Gaul'. Nggak perduli gaya atau style yang mereka pakai itu nggak dia banget. Cocok nggak cocok kudu cocok. Nah, yang satu ini beda. Dia jadi dirinya sendiri. Dengan segala kesederhanaan yang dia miliki. Termasuk ngontel kemari. Hihihihi.. Adem ngelihatnya.
Oooh, Mas, andai dirimu adalah status, udah aku LIKE seribu kali pakai seribu akun yang berbeda.