Rabu, 29 Februari 2012

Peletmu, Cah Bagus..






Dalam sehari, entah berapa puluh kali aku mondar-mandir ke profilnya. Dan yang menyebalkan, semua itu terjadi diluar kesadaran. Ini jari otomatis aja mengetikkan namanya di kotak pencarian. Begitu udah mejeng fotonya dilayar, baru sadar.. 'Lho, saya ngapain buka-buka ini?' Balik ke beranda, atau profil sendiri. Tapi kemudian, g lama setelah itu, tahu-tahu aku sudah bengong melototin dindingnya lagi. Heddeh..
Ah, peletmu. Kuliah di fakultas perdukunan ya dulu?
Barangkali sambil pingsan pun aku masih bisa nyalain komputer buat memantau status-statusmu..
Terus, apa ini berarti aku mulai menyukaimu?
Hanya Tuhan yang tahu.


Tulisan itu aku post di facebook tanggal 5 Desember 2011. Jadi rupanya bahkan sejak awal Desember, pria satu ini sudah membuatku termehek-mehek. Hahaha..
 Aku ingat betul saat-saat itu, berkali-kali aku masuk ke profilnya. Menelusuri jejaknya, mengamati aktivitasnya dengan gadis-gadisnya. Senyum-senyum miris sambil nahan cemburu, hahahaha. Sekarang, aku masih begitu. Bolak-balik ke profilnya, tapi mencoba untuk nggak menelusuri. Paling hanya memastikan apa yang terbaru, memantau status, catatan atau foto-foto yang baru di uploadnya. Kalau terlalu mendetail kutelusuri, nanti sakit pula ini hati. Sebab aku, akan selalu menemukan alasan untuk cemburu. Hahaha..

Senin, 27 Februari 2012

Masih Ngilu

Untuk apa bertanya kalau kamu sudah punya jawabnya? Untuk apa menanyakan sesuatu yang apapun jawabanku, itu tidak akan mempengaruhi keputusanmu? Jalanilah saja. Lakukan apa yang mau kau lakukan. Toh aku takkan pernah tahu jika tak kau beri tahu. Aku cuma bisa menyerahkan semua pada Tuhan. Sudah terlalu lelah untuk bertengkar dengan kekecewaan atau kesakitan.
Aku merasa seperti berada di usia senja, letih luar biasa.
Cinta itu sebenarnya apa? Sama saja semuanya. Membara dimula..
Ketika rasa yang mereka punya perlahan meredup atau mungkin padam, kenapa aku yang mati?



Karena Hanya Engkau yang Tak Pernah Ingkar Janji

Tuhaaaaaan, dodolnya diriku. Kambuh lagi. Kenapa sekarang jadi sering was-was sendiri (lagi). Tiap mau konfirmasi permintaan pertemanan di pesbuk, maka aku biasanya hanya akan memilih lawan jenis. Kalau perempuan, nanti dulu. Apalagi kalau dia cantik. Kenapa? Karena yang ada dalam kepalaku adalah: 'Jangan sampai nanti dia juga ngeadd pacarku, terus pacarku suka sama dia, ngedeketin dia, dan akhirnya aku modyar'. Hahahaha.
Percaya sama pasangan saja aku tidak bisa, bagaimana mau menjalin hubungan serius?
Hh, Rabbi, satu-satunya kepercayaan yang tidak mengecewakan hanyalah kepercayaan padamu. Karena hanya Engkau yang tak pernah ingkar janji.. :'(

Jumat, 24 Februari 2012

"Memangnya pernah saya telpon kau sore-sore?"

Baru tertanya sekarang, apa sebenarnya yang kau kerjakan tiap sore? Baru sadar sekarang. Banyak sore tanpa  warta. Haduh, otakku mulai berkelana. Tapi ya sudahlah, seperti yang kubicarakan tadi dengan mama, mari nikmati apa yang bisa bikin bahagia. Jangan dibawa pikir dan jadi sesak didada.
Bahagialah dengan yang ada. Besok belum tentu masih bernyawa, jadi tak usah terlalu dipusingkan, Ra...

Minggu, 19 Februari 2012

"Maaf"

Bukankah 'Maaf' itu ada atas sebuah kesalahan? Jika memang tidak ada yang salah, kenapa harus mengucap maaf? Dan kenapa pula mesti mengatakan maaf, tanpa pernah menjelaskan alasannya?
Otakku jelas akan langsung berkelana kemana-mana. Mengira-ngira hal-hal yang mungkin jadi penyebabnya. Dan kesemuanya itu, hanya akan lantas membuat batinku ngilu.
Tidak cukupkah 'jauh' saja yang jadi cobaan berat untuk mempercayaimu?

Jumat, 17 Februari 2012

Balada Kembang Pete, Serenade Sedang Sakit

Apa mungkin kau mau mengacuhkan kembang yang lebih indah dan lebih wangi hanya untuk tetap bersama kembang pete-mu ini?
Aku hanyalah lambang cinta abadi namun kere.
Tanda sayang batin yang tercekik.

Apa kabar keserakahanmu?
Apa iya mampu meninggalkan seribu pemuja yang cantiknya luar biasa,
 hanya untuk betina yang tak ada apa-apanya dibanding mereka?

Engkau pria,
itu harus kumengerti
Sebuah naluri untuk akan selalu mendatangi harum surgawi yang duniawi
Yah, bongkah-bongkah bernyawa yang kerap kau ajak berbagi senja dan rasa

Nguet,
aku bukan akan mundur
hanya saja saat ini memang tiba-tiba segalanya terasa kabur
ngilu-ngilu nurani seperti berdebur dan lantas terhambur

" Sudahlah! Lempar saja jauh2 kembang petemu! Aku punya kembang kantil ", begitu kata seorang wanita yang cantiknya luar biasa.
Bagaimana, Sayang, apa kau akan sependapat dengannya?

Rul, Aku Cemburu (Lagi)

Aku tak pernah merasa kau maya,
sampai seseorang mengingatkanku tentang nyata.
Pun begitu,
hanya lintas lalu.
Bagiku, 
kamu lebih nyata dari nyata yang ternyata hanya semu.

Aku mulai tertatih,
bukan letih..
Bukan letih.
Hanya perih.

Aku rasa semua pernah kau bagi dengan mereka
Senja, bulan, bahkan raga..
Lalu, apakah yang menjadi milikku?
Yang hanya kau bagi denganku?
Yang menjadikanku benar-benar hanya satu..

Rul, aku tidak bisa tidak membunuh diriku dengan mencemburuimu
Sebab, mungkin itulah satu-satunya penanda paling kentara yang akan selalu mengingatkanku tentang betapa aku menyayangimu..
dan mungkin lebih dari itu, 
mungkin aku mencintaimu..
TIDAK, bukan mungkin..
Aku memang mencintaimu..
Ya, aku mencintaimu, Darul..

Kamis, 16 Februari 2012

(Kutulis ini selagi mendengar kamu bercakap-cakap dengan keluarga si Buram)

Si bawel sudah bisa ketawa-ketawa. Senang dengarnya. Meskipun belum sembuh benar, tapi sudah lebih semangat dibanding kemarin. Biarin deh dimarah-marahin, yang penting dia sudah bertenaga. Kalau nanti sudah sembuh, kuajak bertengkar lagi. Hahaha..

Rul, tahu tak kau tahu apa yang ada dipikirku sejak dengar ceritamu malam itu? Pikiran ini masih ngetem anteng dikepala, 'Kalau dengan yang tinggal bersama saja kau bisa buka cabang dimana-mana, apalagi denganku yang jauh ini?' Hahaha. Tapi setidaknya, denganmu aku belajar untuk berbesar hati. Belajar tertawa diatas segala rasa. Kuserahkan semua pada-Nya. Aku memang tidak akan tahu apa-apa, tapi Dia menyaksikan segala. Maka jika kepercayaan ini ternyata tak berharga bagimu, itu akan jadi urusanmu dengan-Nya, bukan denganku. Aku mencintaimu, meski tak tahu akan kemana memuarakan cerita ini.

Tontonlah Ini Bila Aku Sudah Mati

Rabu, 15 Februari 2012

Hari 29

Bila aku hanya diam dan tak pernah menyampaikan
bila aku terus berdusta, dan tak pernah mengakuinya
Bila aku memilih untuk tetap mempercayai yang kuyakini dimula,
bahwa kau adalah jantan dengan banyak betina
Apakah kau akan tahu,
bahwa aku mencintaimu dalam bisu?


[Ini adalah malam terbisu sejak aku mengenalmu. Dimana aku merasa begitu pilu dan sendu. Padahal aku tidak bicara, tapi ternyata kau tetap tahu saja bahwa aku berduka. Apakah kau telah mampu membaca suara? Rul, kau benar, aku rindu setengah mati]


16 Februari 2012

Hari 28

..sebab tak ada kisah yg tak usai.
Suatu hari,kita juga akan bermuara
Entah dg perkasa, ataukah karam tanpa daya
tp setidaknya kita telah mengucurkan keringat untuk memperjuangannya

dan hari ini ku terima sebuah janji,


15 Februari 2012

Hari 27

Jika engkaulah Mahameru,
mampukah aku menaklukkanmu?
Ataukah seperti biasa,
Mama tidak akan pernah mengijinkanku mendakinya..
dan akhirnya aku hanya bisa menghadirkannya dengan menutup mata

[Pada suatu jeda, aku kerap merasa takkan pernah cukup perkasa bagimu, Pria]


14 Februari 2012

Hari 26

Sebab aku bukan pujangga, penyair, atau perayu seperti yang mereka tuduhkan padaku
Aku hanya menulis jika aku ingin menulis
Entah itu ketika kerasukan tawa, marah, atau airmata
Seperti yang pernah kubilang, bisaku hanya menulis, menulis, dan menulis..
lalu menangis

Aku hanya akan menggerakkan pena jika hatiku beraksara
tidak akan kupaksa, bila dia sedang tak mampu bersuara
mungkin terlalu sakit dirasa

Tapi aku punya janji,
menyajakimu sampai nanti
Menyajakimu dengan puisi caci maki karena kau telah membuatku sayang setengah mati

30 hari bersajak, berpuisi atau apa saja kau menyebutnya,
akan usai dengan segera..
apakah setelahnya kita masih akan bersama?

Masih baru,
masih merah jambu dan sedikit malu MAU
Bila akhirnya kau dapati telanjangku,
apakah kau masih akan takut kehilanganku?
Sebab akhirnya kita akan merenta
dalam usia, raga..
dan apakah juga cinta?


13 Februari 2012

Hari 25, Pulanglah, Hati Ini Akan Selalu Jadi Rumahmu

Mungkin suatu hari
salah satu dari kita akan pergi
entah setelah, atau sebelum kita bisa saling memiliki


Mungkin suatu hari,
kita akan khilaf dan mengikrar janji
hal-hal yang tak mampu kita tepati
dan lalu, janji itu akan teringkari


Mungkin suatu hari
kau akan membuatku menangis tak henti
yang atasnya tak ada tawa lagi
tangis yang berujung di mati


Mungkin suatu hari
kau akan mulai bosan dengan semua yang kita jalani
lelah menuntunku menemukan rasi tiga bintang Februari
letih menunggu aku yang jarang bisa langsung mengerti


Mungkin juga suatu hari kau akan berkelana lagi
Menghabiskan mudamu dilain hati
Tertawa disana dan disini
melupakan aku yang mencintai
(kalau aku boleh meminta, Tuhan, semoga tak pernah terjadi)


Diatas segala kemungkinan menyakitkan,
aku masih akan tetap mengantongi harapan
Disini, disaku depan,
agar mudah kuambil setiap kubutuh diingatkan
Aku tidak pernah tahu,
kau ini dermaga sandar atau pelabuhan akhir tujuan
Dan aku tidak akan tahu,
sampai akhirnya aku hanyalah sebuah nama diatas nisan


Tapi bila kau pergi meninggalkanku,
dan tiba-tiba ingin kembali disaat masih ada nafasku
jangan pernah ragu,
pulanglah..
hati ini akan selalu jadi rumahmu..


12 Februari 2012

Hari 24

Begitulah, Rul,
aku sering sekali merasa tak berguna ketika kau bercerita
sebab yang kupunya benar-benar hanya telinga
untuk mendengarkan dan berusaha memahami
Tapi sungguh, benakku disini bersama raga
tidak kemana-mana seperti yang kau duga..

Aku tidak pernah menyebut namamu kan, Rul?
Tidak ada yang benar-benar tahu kamu.
Bahkan juga tidak diriku
Aku tahu hanya sebatas yang kupikir ku tahu
tapi kurasa cukuplah itu
Cukuplah aku tahu bahwa aku mencintaimu
Setidaknya untuk sementara waktu
Kalau Tuhan ijinkan kita bertemu,
ah, pasti lebih banyak lagi mauku

Tidak, Rul, aku tidak sedang merayu
Aku hanya belajar untuk lebih jujur dan tidak bertele-tele seperti biasa
Meski masih berat setiap akan mengucapkan itu,
tapi yah, memang begitu..
Aku mencintaimu..
Ditengah segala keterbatasanku, aku mencintaimu..


11 Februari 2012

Hari 23, Catatan Purnama

Rul,
aku ingin mengikat janji dipurnama nanti

Tapi, lantas aku teringat
bahwa setiap janji selalu disaksikan Illahi
dan untuk apalah kita punya janji yang jelas-jelas tak pasti akan mampu kita penuhi

Lagipula kau bukanlah Pria penjanji
Selama aku mencintaimu,
sepanjang yang mampu teringat otakku,
kau belum pernah menjanjikan apa-apa
kau selalu bisa membuatku lena, tanpa kata-kata muluk yang kelak jadi dosa bila tak mewujud nyatanya

Tapi mungkin juga itulah seninya
Bukankah takkan bisa teringkari, bila tak pernah jadi janji?
Dan takkan bisa jadi dusta, bila tak pernah diakui..

Lantas,
yang manakah yang siap kuterima?
Ah, entahlah

Rul,
aku ingin sempurna di purnama nanti..
Sesempurna pendar benda langit yang paling kau cintai, Nguet Sagala..


Sungguh, aku merasa begitu dekat denganmu malam ini. Meski masih kuingat sepenuh sadarku, utuh, kau bahkan tak bisa kusentuh dengan ujung jari. Tapi kuingin pasti, suatu hari nanti..
Nguet, tanpa janji, aku menanti.

10 Februari 2012

Hari 22, Jangan Pandang Aku Begitu, Sayang

Ya, aku berada didaratan kering yang tak pernah tergenang meski hujan turun semalaman.
Aku menjejak aspal jalanan dan bukan kubangan.
Aku menyandari dinding putih dan tidur diatas ranjang empuk.
Hidup sederhana dan bahagia.

Sampai suatu ketika aku justru ingin merasakan kerasnya hari yang kau ceritakan
Menelan debu yang menghambur masuk ke rongga dadaku
Menginjak lumpur yang mungkin membuat jari kakiku terkubur
Menenggak kepahitan atau apa saja yang kampungmu suguhkan
tapi hanya disiang,
hanya disiang terang

Kalau sudah malam,
aku mau kau dan aku dibalik kelambu
Tutup itu pintu!
 Dan ajarilah aku bercumbu..

Jangan pandangi aku begitu, Sayang
Kalau mau telanjangi aku, telanjangilah aku di ranjang
bukan dikala kau bahkan tak bisa kupandang apalagi pegang

(Jangan minta itu lagi. Ambilah sendiri jika kau benar mengingini.)


9 Februari 2012

Hari 21, Aku (Tidak Jadi) Mencintaimu

"Aku juga mencintaimu.."

Aku selalu menyesal setelah bilang itu dengan lantang,
Rasanya ingin kembali kutelan apa yang sudah kumuntahkan

Entahlah, Jantan
Mencintaimu dalam bisu lebih nikmat bagiku
Mendustai apa yang kurasa, lebih nyaman dan aman rupanya
Sebab hatiku terlalu tipis untuk bisa tak koyak saat kau hanya diam mendengarkan
Kau tak tahu berapa karung nyali yang mesti kupanggul untuk menyuarakan hati
Kau tak tahu berapa kompi takut yang mesti kuperangi untuk bisa mengucapkan ini
Tak tahu kan tadinya?
Sekarang tentu saja kau sudah tahu,
meski takkan pernah benar-benar tahu

Jantan,
aku masih selalu mempertanyakan
sebenarnya, aku ini siapamu?

[Jengkelah, Sayang. Biar aku bisa tertawa sebentar. Mudah-mudahan suatu hari nanti kau bisa jengkel didepan ku, saat itu akan kulumat bibirmu!]


8 Februari 2012

Hari 20, Terserah Kau Saja

Mungkin disini,
ditempat aku berada sehari-hari
Mungkin di perjalanan menuju puncak Mahameru (yang mengingatkanku pada perempuan itu),
atau ditengah samudera (adalah ketika aku berusaha menghampirimu)
Pada akhirnya akan sama
hilang, mungkin terlupakan
Mati (tidak suri),
itulah pergi yang tak kembali

Ya,
aku pernah ada
Tapi ketika sudah tak lagi dibungkus raga
apa kau masih akan mengingatnya?

Maka kukemas tentang esok hari
kubuntal dalam goni,
dan ku lemparkan ke jurang

Rul, terserah kau saja
Hatiku terlalu cengeng untuk mampu mencintaimu dengan perkasa
Kalaupun akan menjadikanku mangsa,
jadikanlah mangsa istimewa yang kau buru dan santap dengan cara berbeda

Matipun, aku ingin tak sama
itu saja
Dan matipun,
aku ingin sempat dengar kau tertawa bahagia

Apa kau bahagia?
(Apa kau sempat mengingatku ketika kau bahagia?)


7 Februari 2012

Hari 19

Rasanya belakangan ini terlalu ramai, Jantan
Aku mencarimu,
dan jarang sekali bisa kutemukan

Terlalu bingar dengan suara yang bukan tawamu,
bukan marahmu,
bukan kamu!
(Lalu kuingat yg paling sering menjeda aku dan kamu, bisu)

Aku jadi ingin memaki
Kenapa semua jadi lebih cerewet dari perempuan bunting yang ngidamnya tak terpenuhi?!
Lebih bawel dari Emakku ketika dia kekurangan materi
Lebih fasih menggombal dari pacarku sendiri!
SIAL!

[Hari-hari ku sedang kurang baik. Aku dibanduli masa lalu yang tidak asyik. Yang sedang kuhadapi pun kerap mendelik-delik. Betina ini jadi ingin meringkik dan menendang mereka dengan kaki depanku. Tapi haruskah sekasar itu?]


6 Februari 2012

Hari 18

Aku akan berhutang satu hari,
sebab aku tak bisa menulis apa-apa malam ini

Maukah kau tetap membaca apa yang tak tertulis?
Mampukah kau mengerti yang tak kuberitakan?

Seperti segala rasa yang selama ini kudustakan..

Aku mencintaimu, tapi tak mau mengaku
pun begitu, toh kau tetap tahu

Sayang, kepalaku sakit sekali
Aku mau pulang
Bolehkah pulang kehatimu?


5 Februari 2012

Hari 17, Betina Ini Masih Jalang, dan Sekarang.. BISU!

Sial!
Lama-lama aku kehilangan banyak sekali aksara.
Aku duga, aku terlalu bahagia.
Sebab akupun lebih bisa berceloteh ketika luka,
ketika airmata tak bisa menjebol retina,
lantas aku akan menangis dengan tawa dan kata-kata..

Mereka menuduhku pujangga,
penyair, penulis, penyajak, pemuisi (alah, berbahasa saja aku sembarangan)
Bagaimana bisa dikatakan begitu, bila apakah sebenarnya sajak atau puisi itu saja aku tidak tahu
Aku, masih seperti yang dulu
cuma betina jalang yang ingin melegakan perasaan
Terutama ketika aku terlalu banyak mengingatmu
Mengingat punggungmu,
tumitmu,
bibirmu,
jari-jarimu yang ingin kukulum,
dan juga keningmu yang sangat ingin kucium

Ah, kamu..

Bagaimanakah malammu?
Malam dikotaku warnanya biru kelabu
Dan seperti kemarin, aku masih saja terus merindukan kamu..


4 Februari 2012

Hari 16, Emakku VS Kamu

Kau harus mengenal emakku,

Perempuan yang mungkin akan sangat membencimu
karena telah mencuri hati anaknya, dan anaknya cuma satu
membuat buah hatinya akan rela dibawa kemana saja,
pun bila harus jauh darinya..

Meski begitu,
kau harus tetap mengenal emakku
dan entah dengan cara bagaimana
kau mesti membuatnya mencintaimu
tapi jangan sampai seperti cintaku

Malu, kalau harus bersaing dengan emakku

Nantinya, kau harus mengenal Emakku
Dia yang mungkin akan memusuhimu
andai tahu bahwa kini, setiap hari, aku berharap bisa bangun diatas ranjang yang sama denganmu..


03 Februari 2012

Hari 15, Sudahkah Kau Bosan?

Sudahkah kau bosan,
ketika kita kehabisan hal-hal untuk diceritakan?
ketika kau sadar bahwa aku lebih banyak diam dan mendengarkan,
ketimbang menyahuti atau memilih sesuatu untuk dipaparkan..

Aku bukan pencerita yang baik,
kau bisa mati jenuh, karena kisahku tak menarik
Aku ini cuma betina biasa
Lajang jalang yang lebih banyak dosa ketimbang cerita
kau belum tahu saja,
atau memang baiknya kau tak usah tahu saja..
(itupun kalau kau mau menerima aku dan tahun-tahun laluku yang gila)

Bilanglah, Sayang, kalau jemu sudah memanggil-manggil namamu
Sekedar untuk kau tahu,
sepanjang hari berdiam dengamu pun aku mampu,
sebab aku sudah cukup senang bila tahu kau baik-baik saja disitu..

Dan sayang, aku sudah girang bisa mendengar dengus nafasmu,
apalagi kalau berkesempatan mengecup tawa dan manjamu
aku suka,
sangat suka semua..

Jangan menangis, itu saja
Takut kalau-kalau airmatamupun nanti ku cinta
Apa kau mau menangis tiap kita bersama?

Ah,
Sudahkah kau bosan,
mengetahui aku melimpahkan rinduku pada bulan,
dan tidak langsung padamu kukatakan?

02 Februari 2012

Hari 14, Malam Jalang Betina yang Tak Lagi Lajang

Apakah kelak aku akan bisa mengulum cinta diantara bibirmu?
Mengejanya dengan lidah menelusuri gerahammu

Maka sementara ini,
adalah malam yang menjadi rumah bagi birahi
ketika hanya dengus nafasmu yang menjilati pucuk jemari
ketika hanya erangnmu yang selalu ingin kudengar lagi

Lalu lantas kita memilih tidur,
merelakan hasrat diluar sadar terkubur
melarikan diri setelah tak sanggup lagi
karena akhirnya dinding-dinding itu membuatku malu sendiri
menggelinjang dipelototi benda mati!

Sial!


1 Februari 2012

Hari 13, Sayang, Aku Mungkin Sudah Tidak Lajang, Tapi Masih Jalang

Sadarkah kau sudah mengunci hatiku?
Membuatku tak mampu menginginkan lain jiwa untuk kuajak bercinta

Sadarkah kau sudah menyulut nafsu?
Menjadikanku lagi sebagai betina jalang yang haus cumbumu

Dan kemudian biru,
aku beku sebagai perempuan dipinggir ranjangmu
Kau harus pulang,
dan menenangkan hasratku yang menggelinjang

Aku tidak mau tahu,
kau milikku,
jangan harap aku mau berbagi,
mulai detik ini!


31 Januari 2012

Hari 12, Apa Kau Mendengarku

Apa kau mendengarku ketika aku berbisik, 'Aku mencintaimu'?
Apa kau mendengarku ketika aku berusaha melebur cemburu dalam deru nafasku?
Apa kau mendengarku ketika aku berteriak dalam hati memintamu diam dan tak menyebut nama mereka?
Apa kau mendengarku ketika aku memanggilmu tanpa suara?

Bila tak ada laut, apakah bisa malam ini kita ngopi sama-sama?
Atau mungkin justru kita tak pernah berjumpa dan kau mungkin akan menghabiskan kopi itu dengan lain betina?
Bila tak ada jingga, apakah aku akan mencintai senja?
Dan bila tak ada bulan, apakah aku masih akan menyayangi pecintanya?

Lalu bila dalam seperempat abad kedepan kau tak juga bisa mewujud dalam nyata,
untuk kucium, kuraba, juga ajak bercinta,
apakah aku masih akan menunggumu lebih lama?


30 Januari 2012

Hari 11, Kembang Pete Sore-Sore

Mungkin akhirnya aku akan mencintai punggungmu,
bukan wajahmu, dadamu,
atau apa saja yang bisa kulihat dari depan.
(Kau tahulah, tak semua bagian bisa kusebutkan)
-karena kau terus membelakangiku, enggan berhadapan.
Tapi tak apa.
Seperti halnya saat kubilang aku suka dengar kau tertawa,
aku masih akan tetap menyukaimu ketika kamu tidak sedang tertawa.
Mungkin menangis,
meringis,
atau bahkan memakiku sadis..

Aku mungkin masih akan tetap rindu,
bahkan ketika aku sedang mengulum bibirmu..
bahkan ketika kau dalam tubuhku..



29 Januari 2012

Hari 10, Mataku, Matamu

Karena dalam matanya,
aku tergambar sebagai penjaja cinta

Yang mungkin berteriak-teriak diperempatan jalan,
"cinta.. cinta.. terhangat.. terbaru, penuh rayu
lima ribu saja .. lima ribu saja.."
(Sekedar cukup untuk ditukar dengan beberapa batang rokok dan sebungkus kopi)

Dan dalam matanya aku juga telah jadi terdakwa
seorang pemberdaya yang mengkoleksi hati kaumnya
mengumpulkan mereka untuk jadi pemuja
Rumah-rumah yang bisa kudatangi kapan saja

Dalam matanya,
entah ada berapa juta perkara

Rantai waktu, dia masih terikat disitu
Menjalani hari ini dengan menenteng kemarin dan kemarin dulu
Maharaja cemburu,
dan aku suka membuatnya merasa begitu

Dalam matanya,
aku sesungguhnya tidak tahu apa-apa



(Begitukah aku dimatamu?)



28 Januari 2012

Hari 9, Senja Sepi

Begitu cepatnya hingar bingar itu berlalu dan menghamparkan kembali segala ingatan tentangmu..

Senja abu-abu
Hujan dan genangan rindu

Tidak ada keemasan atau jingga
tidak ada tawa atau airmata

Terlalu biasa,
dan kemudian aku merasa tidak sedang baik-baik saja

(Dan dari dalam palung kalbu, ada suara bertanya, 'Siapakah aku bagimu?')


Friday, January 27, 2012

Hari 8, Ternyata Indonesia Bukan Hanya Terdiri dari Sumatra dan Jawa Saja

Mak,
kenapa tak kau besarkan saja aku di Sumatera?

Mestinya kita tak usah merambah Jawa.
Mungkin itu akan sedikit baik nantinya(atau jadi menyesal karena jadi tak mengenalnya).
Kenapa kah pula setelah kita berakar di Jawa, kemudian aku baru sadar bahwa banyak pulau lain di luar sana?
Pulau-pulau yang penduduknya adalah cinta.
Pulau-pulau yang tawanya membawa bahagia.
Bagaimanakah aku tidak merindu untuk damai dalam rasa?!

Mak,
haruskah aku terjun dan memasrahkan diri pada samudera,
agar bisa sampai padanya?


26 Januari 2012

Selasa, 14 Februari 2012

Hari 7, Aku Hanya Selalu Begitu Bahagia Bila Bisa Mendengarmu Tertawa

Bahwa kita terbentuk dari masa lalu,
sedikit banyak, tetap saja meninggalkan sesuatu
Entah yang akan membuat waspada,
tebal muka,
atau malah tak ada nyalinya..

Seperti aku,
yang jadi datang dan pergi dalam hatimu
tidak pernah berani mengetuk, lalu masuk dan benar-benar duduk
Biasanya aku hanya akan mengetuk pinggiran kayunya,
berdiri berjam-jam, sekedar mengamati saja lewat jendela
Melihat-lihat wajah-wajah, nama-nama, jiwa-jiwa
Mendengar suara-suara, tawa-tawa, bahkan juga nyanyian luka

Sampai hari ini, aku masih tidak tahu..
apakah yang sesungguhnya ku mau dari kamu..
Aku hanya selalu begitu bahagia,
bila bisa mendengarmu tertawa..
(apakah aku masih akan bahagia ketika aku mendengarmu tertawa dengan lain betina?)


Wednesday, January 25, 2012

Hari 6

Sebab bukankah nantinya semua yang istimewa akan menjadi biasa..

dan apakah kau masih akan menunggu penjaga malam beserta ritual wajibnya,
ketika duniamu telah penuh dengan hal baru yang lebih mampu menggelitik kejantananmu?
ketika mungkin engkau telah bosan menunggu keajaiban,
dan lebih ingin meraup kepastian dengan jiwa-jiwa yang lebih mudah kau dapatkan..

Apakah kelak engkau masih akan ingat
pada episode-episode bulan dan kopi yang kita bagi di sunyi?
Ataukah kelak semua akan kujamu sendiri?


Tuesday, January 24, 2012

Hari 5

..sebab sesungguhnya kita hanyalah perahu kertas yang dilarung oleh nasib pada sungai waktu.
Entah kapan dan dimana, aku tahu aku akan karam sebelum mampu mencapai muaraku (yg saat ini kuharap adalah kamu)
Dan pelan-pelan aku harus menerima,
bahwa lebih banyak kemungkinan ini semua akan menjadi sebuah persinggahan dalam perjalananmu

Mungkin kamu benar, bahwa mungkin saja kita akan bertemu ketika kita sudah sama-sama keriput dan sangat renta
Ketika saat itu tiba, masihkah kita akan mengingat satu dan lainnya?
Masihkah kita bisa bernostalgia dengan bulan yang kita pandang bersama dari atas tanah yang berbeda?
Masihkah kita bisa mengingat kisah tiang listrik dan penjaga malam yang menemani kita bagi cerita?
dan masihkah kita bisa menenggak bergelas-gelas tawa diantara gigi-gigi ompong kita?

Entahlah,
Nanti pikir nanti, esok pikir esok
Yang jelas saat ini kau kusayang
dan selagi mampu, aku akan terus berjuang

Tuhanku baik hati,
bukan tak mungkin dia akan membawamu kemari

Laa haula walaa quwwata illa billah
Kun fayakun


Monday, January 23, 2012

Hari 4, Mahameru, Aku, Kamu, dan Perempuan Itu

Aku menilik puncak Mahameru
kemudian berangan untuk bisa mencumbu kemesraan tanpa ciuman atau rabaan denganmu disitu

Mungkin kita bisa temukan jejak Gie,
lalu bersajak, sebelum akhirnya aku memelukmu erat dan mati..

Di hari yang kujalani memang tak ada dinding dari bata merah yang belum jadi,
tidak harus menggulung celana ketika berjalan kaki,
atau menepis debu ketika akan berdiri

Aku melewati semua dengan biasa,
karenanya aku ingin mengecup ubun-ubunmu, dan menyerap semua yang kau rasa

Bukan masalah dinding, tanah atau peradaban yang berbeda
Hanya saja, aku masih bertahan pada ini:
ketika kau mampu mencintai,
maka kau akan memantaskan diri.

Sayang, disini tidak mendung
tapi aku menangkap murung diwajah seorang perempuan berkerudung
Apakah aku telah menoreh luka dihatinya?


(Dan itulah sebuah hujan tanpa awan, tanpa peringatan, tanpa gejala dan membuatku kelabakan. Sebuah rasa yang selalu ingin aku ingkari. Dan sampai hari ini, aku masih terus datang dan pergi. Tidak pernah benar2 berani atau memiliki nyali untuk mengabarkannya pada telinga atau netra dunia. Sadar atau tidakkah kamu, aku tengah menahan nyawa dikerongkonganku)




Sunday, January 22, 2012

Hari 3, Senja Kemarin

Maka Rabbi, gariskanlah sebuah pertemuan tanpa kesedihan. Ijinkan kami tetap bahagia, apapun kelak takdir yang Kau tentukan. Ikhlaskan hatiku, andaikata bukan untuk jadi Imamku dia Kau ciptakan. Dan jika Engkau berkenan, maka lahirkanlah kembali kecintaan ini dari rahim keimanan. Bahwasanya kami, tidak akan saling mencintai, melebihi cinta kami kepadamu, Rabbi..

Sebab aku tak ingin jadi dosanya.
Dan diatas segala, aku sangat ingin bisa terus mendengarnya tertawa bahagia..


Saturday, January 21, 2012

Hari 2

Aku ingin mendapatkanmu dalam balutan sarung
dengan sajadah kau biarkan menggantung sebagian dibalik punggung
Jadi pria tertampan sejagad
dengan tetesan-tetesan wudhu yang mengalir melintas paras yang tak pernah kulihat dari dekat


Mungkin nanti,
sebulan lagi,
setahun lagi,
atau mungkin menanti jadinya 1000 puisi..

Tapi akhirnya harus pasti.
Meski itu terjadi di enam puluh detik menjelang mati..

kapan-kapan, Imami aku dan biarkan aku mengecup punggung tanganmu selepas sujudku..



Friday, January 20, 2012

Hari 1, Di Kota Ini Suatu Hari Nanti





Sore ini aku duduk diatas sebuah batang pohon yang sudah jadi bangku,
melepas batas yang selama ini mendindingi netra juga rasa



Itu laut,
hamparan yang mesti kurenangi untuk bisa sampai padamu
Aku mulai mencintai jarak yang ada
sebab tanpanya, mungkin sekarang kita sudah tak lagi bisa menikmati (rasa yang kita duga adalah) cinta..



Itu laut,
ada pemecah ombak yang meredakan deburannya
Kita bisa duduk sama-sama diatasnya
berdua, berempat, bersama mereka
Nanti kubawa gitar dan kopi
lalu kita sama-sama bernyanyi



Senja sebentar lagi disini
Dan aku masih saja menanti,
bila mungkin Tuhan berkenan berbaik hati
menerbangkanmu kemari, mengentaskanmu dari imaji
Sebab semakin hari, aku semakin ingin bisa menyentuhmu
menciummu..
dan jujur saja, lebih dari semua itu..
Jangan tanya apa,
aku malu..



Thursday, January 19, 2012

Catatan Zuhur

..dan corong-corong di Masjid itu akan segera bersuara
Zuhur melengking nyaring menyerukan panggilan-Nya


Satu nama kuhela dalam doa
Kapan kita kesana bersama?
Pulang dan kan kucuri kecup darimu dikeningku,
selepas sujud terakhir dan salam di lima waktu


Masjid masih sepi
Tak ada perempuan selain istri sang Bilal sendiri


[Mari, sayang, kita raup cinta dari balik sarung, sajadah dan mukena. Adzan Zuhur sudah ditelinga]