Rabu, 28 Maret 2012

Emak


Ibu.. bunda.. Enyak.. Mami.. Mama.. Mimi.. si mbok.. biyunge.. Ummi.. atau apapun sebutannya, bukanlah sekedar wanita yang turut memprakarsai hadirnya kita di muka bumi. Bukan cuma manusia biasa yang kebetulan ketemu ayah atau bapak kita, lalu memutuskan untuk berkerja sama dan 'membuat' kita. Bukan! Beliau ini adalah orang yang bisa merasa bahagia diatas sejuta penderitaannya. Bayangin aja, 9 bulan (buat yang kurang atau lebih dilarang protes, sebab keputusan panitia tidak bisa diganggu gugat) kita utuk ubrung grusa grusu teot teblung di dalam perutnya. S-E-M-B-I-L-A-N bulan, coooy! Lammma itu. Begitupun masih to be continue ketika akhirnya kita mbrojol baik secara paksa ataupun sukarela dari rahimnya.
Tengah malam, lagi ngantuk-ngantuknya, eeeh.. beibehnya oe oe ngeberisikin tetangga. Apakah emak kita dulu langsung menyumpal kupingnya dan lanjut tidur? Enggak.. ya paling nggak emakku sih nggak gitu, entahlah dengan emakmu.. wkwkwkwk.
Beliau bangun dan cari tahu kenapa buah hatinya tiba-tiba konser tunggal begitu. Beliau berusaha membuat kita berhenti menangis. Bukan karena dia takut disambit tetangga kiri kanan depan belakang yang keberisikan. Tapi karena dia sayang. Karena dia takut anaknya kenapa-kenapa. Nggak tahunya, cuma iseng aja. Si anak caper. Halah! Ya mungkin ngompol, haus (bukannya ngambil minum sendiri) atau ada yang mengganggu. Sesuatu yang kasat mata (soalnya aku dulu gitu. Hihihi.. dicubitin ama something ampe biru-biru. Nggak sangka, ternyata aku cukup menggemaskan bagi kaum mereka. Ahahahahaha-http//:www.narsistidakpadatempatnya.com ).
Ada yang bilang, 'Nggak ada ibu yang nggak sayang sama anaknya'. Aku sih nggak begitu setuju. Soalnya, ngelihat begitu banyaknya kasus buang bayi, kalau bukan nggak sayang, itu apa donk namanya? Mungkin nggak semua Ibu benar-benar bisa jadi Ibu. Tapi yang jelas, lihat Ibu kita aja deh. Mama yang nggak suka kalau anaknya bergaul sama orang-orang yang menurut dia nggak bener. Marah-marah dan ngelarang kita temenan sama si A, B atau Z. Itu sebenarnya bukan karena dia nggak ngertiin kita. Dia cuma takut, anak yang udah dia lahirkan dengan bertaruh nyawa, ntar-ntarnya cuma bakal jadi pecandu narkoba, penggila minuman keras, atau tukang zina. Naudzubillah.. Kalau aja dia tahu anaknya bakal jadi begitu, mungkin dia ogah ngeluarin kita dari perutnya. Dia biarin aja beranak pinak dan gede didalem. Hahaha.. Andai mungkin.
Mami yang bawel urusan asmara kita. Bukannya dia mau sok ikut campur atau nggak paham sama perasaan kita. Dia cemas tho yo. Apalagi kalau anaknya perempuan. Pikirannya dah ngalor ngidul ngetan ngulon. Bayangkan hancurnya perasaan si emak kalau tahu anak gadisnya udah nggak gadis lagi. Dijaga susah-susah bertahun-tahun, giliran gede, eh ada cowok numpang lewat yang tanam saham seenak jidat. Mending kalau berlanjut, bertanggung jawab atas terjadinya 'hal-hal yang diinginkan tersebut'. Kalau enggak?! Hh..
Segalak-galaknya emak, secerewet-cerewetnya Ummi, atau senyebelin-nyebelinnya si mbok, dia itu pada dasarnya hanya menginginkan yang terbaik untuk kita. Cuma kadang caranya nggak sesuai sama versi 'benar'-nya kita.
Oh, emakku.. seringnya aku mengacuhkanmu. Pulang kerja langsung masuk kamar, tidur. Kalau lagi makan, sambil smsan. Kalau jauh, jarang ku tanyakan kabar. Giliran aku patah hati berulam jantung, dikau jua yang ku cari tuk berbagi.
Setelah semua yang kau beri, apa yang kulakukan padamu?
Hoooo.. anak duraleeeeeek. Ampun, Bundooooo...




Jadi pengen nyanyi..

"Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah

Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas.. Ibu.. Ibu.. "

P.S:Ayah, Ayahpun begitu berarti kok.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar