Sabtu, 07 April 2012

Bebek Atau Ayam?

Berantem lagi. Sebenarnya kami tidak sering bertengkar. Tapi kenapa rasanya capek ya? Hem..
Apalagi, ini masalah sepele. Oops, sepele bagiku. Mungkin nggak sepele buat dia. Siang tadi kita ngobrol ditelepon. Kebetulan disana dia sambil mendengarkan musik dan sesekali ikut bernyanyi. Lalu aku bilang padanya, 'Aku pengen lihat kamu nyanyi'.
Nggak nyangka kalau tanggapan dia malah serius banget. Dia langsung kesal dan kembali mengingatkan bahwa dia enggak suka BANGET dihubung-hubungkan sama menyanyi. Aku bilang, aku kan cuma bercanda. Kenapa mesti langsung marah. Apa bedanya dengan dia yang seringkali memanggil aku dengan panggilan 'Bosku', meskipun aku sudah berkali-kali bilang aku nggak suka. Toh pada akhirnya aku mengalah dengan mencoba menganggap biasa. Kenapa dia nggak bisa?
Pada titik ini, aku merasa dia egois. Egois banget. Dan andai dia baca tulisan ini, mungkin dia bakal murka karena enggak terima. Hh.. nggak tahu deh. Hanya kadang aku merasa, kenapa aku tidak boleh melakukan hal yang kamu enggak suka, dan kamu boleh melakukan hal yang aku nggak suka. Kenapa?
Jadi ingat cerita yang kemarin ku baca di salah satu halaman di pesbuk. Begini ceritanya,

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara di kejauhan: “Kuek! Kuek!”
“Dengar,” kata si istri, “Itu pasti suara ayam.”
“Bukan, bukan. Itu suara bebek,” kata si suami.
“Nggak, aku yakin itu ayam,” si istri bersikeras.
“Mustahil.Suara ayam itu ‘kukuruyuuuk!’, bebek itu ‘kuek! kuek!’ Itu bebek, Sayang,” kata si suami dgn disertai gejala-gejala awal kejengkelan.
“Kuek! Kuek!” terdengar lagi.
“Nah, tuh! Itu suara bebek,” kata si suami.
“Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul,” tandas si istri, sembari menghentakkan kaki.
“Dengar ya! Itu a? da? lah? be? bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?” si suami berkata dengan gusar.
“Tapi itu ayam,” masih saja si istri bersikeras.
“Itu jelas-jelas bue? bek, kamu? kamu?.”
Terdengar lagi suara, “Kuek! Kuek!”
sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.Si istri sudah hampir menangis, “Tapi itu ayam?.”
Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, ingat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra,
“Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok.”
“Terima kasih, Sayang,” kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.
“Kuek! Ku ek!” terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.
Moral cerita : Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu. Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal “ayam atau bebek”? Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. Banyak hal jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.
Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita salah? Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek !

Yah, ini memang masalah sepele. Aku sempat ingin bersikap seperti si suami. Tapi juga seperti yang dia bilang waktu menceramahiku semalam, meskipun bukannya tidak bisa dia hidup dengan orang yang cara pikirnya tidak dia suka, tapi kalau tetap dia lakukan, itu akan menghancurkan jiwanya. NAH! Aku rasa, kalau aku menganggap masalah 'sepele' ini tidak ada, membiarkan dia terus sewenang-wenang dengan hal-hal yang dia tidak suka, ini bukan hanya akan menghancurkan jiwaku, tapi juga jiwanya. Oh, Tuhaaaaan.. Dia ini benar-benar duplikat Ayahku. AAAAAAAAAAARRRRRGGGGGGHHHHH!
Meski begitu toh nyatanya aku tidak bisa tidak mengharapkan HPku berdering dan namanya muncul di layar. Seperti yang terjadi sebelum aku mengetikkan ini, aku berkali-kali merasa mendengar HPku berdering. Tapi ternyata.. cuma khayalanku saja.
Aku kesal, but still.. I love you. I miss you. And I DONT WANNA FIGHT NO MOOOOOOOOORRE!

2 komentar:

  1. rasa kangen rindu pada seorang mucul dari hal hal kecil...sepele yg lucu yg kadang aneh

    BalasHapus
  2. Iya. Bahkan kadang kita merindukan hal-hal yang 'mengesalkan' darinya.

    BalasHapus